Alt/Text Gambar
Home » » Bila Wanita Memimpin Rumah Tangga

Bila Wanita Memimpin Rumah Tangga

Ceritanya tu gini gan, tadi sore saya ngobrak ngabrik tumpukan buku yang ada di dalam almari. Saya nemuin majalah yang udah lawas banget  8 tahun yang lalu. Di dalam nya saya nemuin artikel yang bagus banget gan, dari pada tersimpan rapi di almari, saya ketik ulang gan siapa tau bermanfaat untuk pembaca setia blogcepot ini. Selamat menyimak ya gan………

Bila wanita memiliki kemampuan memimpin, bolehkan ia menjadi kepala rumah tangga….??? Jika boleh, adakah laki-laki yang mau menyerahkan tampuk kepemimpinan rumah tangganya kepada sang istri..??? Dan, jika ada, apa yang terjadi dengan rumah tangga tersebut di kemudian hari……???

Sebelum kita kupas permasalahan ini lebih serius, Firman Allah SWT dalam Surat An nisa [4] ayat 34-35. Bunyinnya: “ Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita),  dan k arena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang sholeh ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suami tidak ada oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nuzyusnya, maka nasehati lah mereka dan pisahkan mereka di tempat tidur mereka dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka menaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi maha Besar’.

“Dan jika kamu khawatir ada persengketaan atara keduanya, maka kirimkanlah seorang juru damai dari keluarga laki-laki dan seorang juru damai dari keluarga perempuan. Jika kedua juru damai itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya Allah SWT memberi taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Mengenal.”
Setiap kali terjadi sengketa di dalam rumah tangga, sesungguhnya Allah SWT tetap menginginkan adanya ketenangan jiwa dalam diri anggota keluarga tersebut. Mereka mampu menahan emosi, menutup rahasia keluarga, sehngga kelanggengan rumah tangga akan terjaga, suasana tenang dan tentram juga terpelihara.
Islam telah menetapkan sifat kepemimpinan laki-laki atas wanita. Laki-laki di anugerahi perasaan belas kasih, rasa ingin melindungi keluarga dari segala gangguan, serta memiliki etika dalam berperilaku terhadap istri dan anggota keluarganya.

Begitu juga wanita yang sholehah, senantiasa ingin menjaga ikatan suci pernikahannya dengan sang suami. Ketika suami tidak berada di sisinya, kehormatan ia jaga sebaik-baiknya. Bukankah dalam ayat di atas Allah SWT telah menegaskan bahwa wanita yang sholehah adalah wanita yang taat kepada Allah, mampu memelihara diri ketika suami sedang tidak berada di rumah.

Agar kelanggengan rumah tangga bisa terpelihara,kaum hawa janganlah merusak kepemimpinan suami dalam keluarga. Bila suami khilaf, itu wajar. Jangan langsung naik pitam. Kekhilafan merupakan bagian dari dinamika kehidupan keluarga. Yang penting, kaum hawa segera menyadarkan sang suami dengan cara-cara yang baik serta membantu mereka agar tidak mengulangi kesalahannya lagi.

TELADAN KHADIJAH

Khadijah Rodiyallahu Anha (RA) istri Rasululloh SAW adalah teladan kaum istri yang paling baik. Sejak awal membangun rumah tangga bersama Nabi Besar Muhammad SAW, ia sama sekali tidak menonjolkan diri sebagai wanita yang memiliki kelebihan di banding sang suami. Padahal, Khadijah adalah salah satu konglomerat terpandang pada  saat itu.

Khadijah juga memiliki banyak karyawan. Bahkan, Rasulullaoh SAW pernah menjadi salah satu karyawannya. Rasululloh SAW kala itu di beri kepercayaan untuk meniagakan barang-barang Khadijah ke Negeri Syam. Insting bisnis dan kemampuannya memenej usaha di akui oleh para kafilah pada masa itu. Kepiawaian inilah yang mengantar Khadijah sukses menjadi wanita kaya raya.

Namun, tatkala Rasululloh SAW menjadi suami tercintanya, Khadijah tak pernah menjadi sombong. Ia juga sadar untuk tidak mengambil alih tambuk kepemimpinan keluarga dari tangan sang suami, mantan karyawannya sendiri. Ia tahu memimpin rumah tangga adalah kewajiban seorang laki-laki. Begitu juga dalam keseharian, Khadijah tak pernah berlaku sewenang-wenang memerintah suaminya. Padahal, umur Muhammad kala itu masih 25 tahun, sedang Khadijah sudah 40 tahun.

Khadijah menjunjung tinggi Muhammad SAW sebagai kepala keluarga yang memimpin dirinya. Sebaliknya, Muhammad SAW juga mampu menunjukkan rasa tanggung jawab atas kepercayaan yang di berikan sang istri. Rasululloh SAW pernah bersabda, : “Orang yang paling baik di antara kamu adalah seorang yang paling baik terhadap keluargannya. Dan saya adalah orang yang paling baik di antara kamu terhadap keluargaku.” (Riwayat Tirmidzi dari Aisah).

JANJI ALLAH

Maeski tak di beri tanggung jawab sebagai pemimpin rumah tangga, jangan mengira tugas dan tanggung jawab wanita lebih ringan. Allah SWTmemberi tugas jihad special kepada kaum wanita, antara lain, mengandung selama 9 bulan, melahirkan anak, menyusui hingga 2 tahun, serta memelihara buah kasih sayag dari hubungan suami istri tersebut dengan sebaik-baiknya.
Tugas-tugas tersebut jelas tidak ringan sebagaimana banyak di lecehkan kaum feminis. Tugas-tugas tersebut sesungguhnya sangat mulia, bukan hanya di mata suami, tapi yang lebih penting mulia di hadapan Allah SWT. Inilah letak keadilan dalam rumah tangga islam.

KODRAT WANITA

Wanita memiliki karakter yang khas. Mereka selalu berperilaku lemah lembut, penyanyang, dan sensitif. Jika sang anak meminta sesuatu kepada mereka akan segera memenuhnya tanpa pikir panjang. Itu adalah bagian dari kodrat wanita.

Seandainya kodrat seperti ini mereka ingkari,mereka tolak, atay mereka coba hindari, maka akan terjadi kekacauan di dalam rumah tangga. Begitu juga laki-laki, jika kodratnya sebagai pemimpin yang selayaknya memiliki jiwa memimpin mereka tolak, mereka ingkari, maka biduk rumah tangaa juga akan oleng.
Seorang istri pastilah mendambakan seorang suami yang mampu membimbing nya dengan baik. Kerinduan seorang istri akan kepemimpinan sang suami juga merupakan bagian dari cinta kasih mereka berdua. Bila ini tidak mereka dapatkan maka tumbuhlah rasa hampa, kecewa, cemas, dan kurang bahagia.

Celakanya bila ketidakmampuan sang suami dalam memimpin rumah tangga berbuah frustasi. Ia malah menyerahkan urusan kepemimpinan itu kepada istrinya.

Kejadian seperti ini bukan barang langka di jaman sekarang ini. Tak heran bila kita banyak menjumpai wanita-wanita berperilaku menyimpang. Sementara anak-anaknya tumbuh dengan kepribadian yang split existence (kepribadian yang pecah). Kepribadian ibunya yang lebih dominan membuat anak-anak mengalami kelainan emosional, psikologi atau akhlak. Wallahu a’lam……….

0 komentar:

Pecinta Sholawat. Powered by Blogger.