Alt/Text Gambar
Home » » Sikap Terbaik Kepada Mertua - Bahtsul Masail (Penyelesaian Masalah) Bagian 3

Sikap Terbaik Kepada Mertua - Bahtsul Masail (Penyelesaian Masalah) Bagian 3

Pertanyaan:
Assalaamu 'alaikum Wr. Wb.
Kyai, selama ini saya tinggal di rumah sendiri yang kebetulan berdampingan dengan rumah mertua. Mertua saya tidak menyukai perubahan, apa yang menurut beliau benar harus dituruti, jika dikasih tahu secara baik-baik beliau selalu marah-marah, mengeluarkan sumpah-sumpah, dan bahkan mendurhakakan anak. Contoh, saya dilarang memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan, karena adat di daerah itu bayi yang baru lahir dikasih makan pisang. Saya dilarang menyapih anak secara pelan-pelan, harus tega menyapih langsung meskipun anak tersebut meronta-ronta dan menangis atau kesakitan.

Foto:putramelayu.web.id
Adakah hadits yang menjelaskan harus bagaimana menghadapi ibu mertua seperti itu, mengingat ridla suami saya ada pada ridla beliau. Apakah dosa jika saya memberikan penjelasan baik-baik dan beliau marah-marah? Apa saya harus pindah rumah menghindarinya, karena suami saya terlalu berat jauh dari orang tuanya. Terima kasih. Wassalaamu 'alaikum.
Badriyah, Kediri

Jawaban:
Wa 'alaikum salaam warahmatullahi Ta'ala wabarakatuhu.
Saudaraku Badriyah di Kediri, semoga Allah Ta'ala menganugerahkan Rahmat-Nya atas kita, Aamiin. Ada tiga poin yang perlu dijelaskan mengenai permasalahan di atas.

1. Berbakti kepada mertua. Menantu harusnya memuliakan atau menghormati terhadap mertua sebagaimana rasa hormat terhadap orang tua sendiri tentu dalam batasan hal-hal yang tidak dilarang oleh agama (maksiat).

2. Menyampaikan penjelasan urusan pengasuhan anak kepada mertua. Orang tua, khususnya ibu adalah yang paling berhak mengasuh anaknya, namun demikian bukan berarti nasihat dan saran dari orang lain tidak perlu diperhatikan, apalagi dari kakek atau neneknya. Maka dari itu apa yang sudah anda lakukan yaitu memberi penjelasan dengan sikap santun dan ramah kepada ibu mertua anda sudah tepat dan senantiasalah berdo'a semoga Allah Ta'ala memberi jalan yang terbaik bagi semuanya.

3. Mencari solusi terbaik. Lakukan musyawarah dengan baik-baik dengan suami, dengan tanpa mencederai hati mertua dan tanpa mengabaikan ketaatan terhadap suami. Jika cara ini belum dapat tercapai, maka prinsip ketaatan terhadap suami adalah yang menjadi prioritas, sepanjang tidak menimbulkan madlarat (keburukan) bagi buah hati. Sebab tidak memberikan ASI eksklusif sampai enam bulan atau memberikan makan buah pisang dalam batas yang tidak berlebihan adalah sama-sama tidak membahayakan bagi kesehatan bayi. Akan tetapi terkadang memang ada seorang bayi yang diberikan makan buah pisang dalam usia 1 - 6 bulan memang berbahaya bagi lambung bayi. Bisa jadi berkat ketaatan terhadap suami dan ridla dari hati ibu mertua, si buah hati dijadikan Allah Ta'ala sebagai anak yang shaleh.

Referensi
- Tafsir Rawai'il Bayan, juz 1 hal 466
"Apabila seorang laki-laki mendapatkan pasangan hidup dari suatu keluarga, maka jadikanlah dia salah satu dari anggota keluarga itu, kemudian hendaknya terhadap ibu istri (mertua) menganggap sebagaimana halnya ibu sendiri dalam memuliakan dan menghormatinya".

- Tafsir Al-Thabari, juz XXI hal 45 (Ibnu Jarir At-Thabari)
"Dan pergaulilah mereka di dunia dengan baik". Mufassir menjelaskan, pergauilah mereka di dunia dengan taat kepadaanya dalam hal yang tiada tuntutan dan dosa antara kamu dan Tuhanmu.

- Al-Muhadzdzab, juz II hal 216 (Ibnu Ishaq Asy-Syirazi)
"Ibu adalah yang paling berhak (mengasuh anak) dar ipada yang lainnya, berdasarkan hadits riwayat Abdullah bin 'Amar bin Al-'Ash, sesungguhnya Nabi SAW bersabda, 'Engkaulah (ibu) yang lebih berhak mengasuh anak selama engkau belum menikah". 

0 komentar:

Pecinta Sholawat. Powered by Blogger.